Kamis, 27 September 2012

Bahasa Sebagai Alat Pencari Kerja



Bahasa Sebagai Alat Pencari Kerja
Oleh : Syahsoza Puji (2ka24)


            Bahasa dalam masyarakat adalah sebagai alat komunikasi dengan manusia dan untuk bekerja sama dengan sesama manusia, dengan komunikasi kita dapat menyampaikan apa yang kita rasakan dan pikirkan kepada orang lain, bahasa bisa menjadi  modal utama dalam mencari kerja karena bahasa dapat mencerminkan tingkat intelektualitas dan kepribadian seseorang. Dengan memiliki kemampuan bahasa yang baik akan membuat cara berfikir dan cara pandang menjadi lebih baik. Orang yang dapat menguasai bahas secara tepat, efektif, serta jelas akan mampu berkomunikasi secara baik dan benar.

            Prof.Emil Salim melaporkan hasil sensus tahun 1980 yang menunjukan adanya hubungan antara penguasaan bahasa Indonesia yang baik dengan kesempatan kerja, kesan pertama merupakan hal penting yang didapatkan oleh para penyaring calon pekerja yaitu bisa  melaui lamaran tertulis dan wawancara dengan pencari kerja tersebut. Wawancara menjadi bagian terpenting dalam mendapatkan pekerjaan, pada intinya tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dari pelamar apakah lowongan yang ada mampu ia laksanakan atau tidak. Ketika pelamar tidak lancar berkomunikasi dengan penyaring calon pekerja biasanya dianggap tidak mampu melaksanakan bebean kerja lowongan yang ada.

            Selain menguasi bahasa lisan dan tulisan, bahasa tubuh juga berpengaruh untuk menetukan pelamar dapat diterima bekerja atau tidak. Bahasa tubuh adalah komunikasi pesan tanpa kata-kata melainkan dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, serta postur dan gerakan tubuh. Pada dasarnya bahasa tubuh terdiri dari hal-hal yang sering dilakukan seperti cara duduk, berdiri, menggunakan kedua tangan dan lainya. Menurut para ahli, sebagian besar komunikai manusia dilakukan dengan  non verbal seperti tindakan, ekspresi, bahkan saat kita gelisah semuanya menggambarkan yang kita rasakan dan bahasa tubuh juga dilakukan secara tidak sadar, kita melakukannya tanpa berfikir yang berarti bahas tubuh jarang berbohong.

            Oleh kaera itu, kita sebagai calon pelamar pekerjaan dituntut untuk menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar, agar mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan, lebih bagusnya lagi calon pelamar memiliki bahasa asing yang dikuasai seperti bahasa Inggris, agar dapat meningkatkan nilai dari calon pelamar dan dapat bersaing dengan calon pelamar lainya.



Sinopsis novel "Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur"




Syahsoza puji (2ka24)


Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur


             “Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur” judul buku tersebut memeang sangat kontroversial. Menceritakan sebuah kisah nyata tenteng proses perjalanan hidup seorang wanita yang ingin memperdalam ilmu agamanya bahkan ia awalnya menjadi seorang muslim yang sangat taat dalam beribadah, pakaiannya tertutup mengenakan jubah dan menggunakan jilbab besar. Wanita itu bernama Nidah Kirani, ia bercita-cita untuk menjadi muslimah yang beragama secara kaffah.

            Pada suatu ketika Kiran bertemu dengan Mas Dahiri yang mengajak bergabung kedalam organisasi untuk memperjuangkan berdirinya syariat Islam, akhirnya Mas Dahiri tersebut berhasil mendokterin kiran untuk bergabung dalam organisasi tersebut dan ikut tinggal di sebuah tempat seperti kontrakan, semakain lama kiran banyak menemukan hal-hal aneh dalam organisasi tersebut. Seperti Sholat itu bukan sesuatu yang wajib, karena semua waktu itu digunakan untuk berjuang, mereka juga dibolehkan mencuri, merampok, menipu, asalkan tujuannya untuk perjuangan, mereka juga mewajibkan sedekah sebesar 500.000 per bulan dan masih banyak hal aneh lainya.

            Awalnya ia berharap bisa semakin meningkatkan iman dalam dirinya, serta ikut berjuang untuk organisasi setelah bergabung, tetapi ternyat semakin lama berada didalam organisai itu Kiran malah mendapatkan kekecewaan. Organisasi itu organisasi islam garis keras yang tergolong terlalang dan sesat, Ketika ia ingin mundur dan berontak, dia malah mendapatkan tekanan yang luar biasa, dapat dikatakan jika berada diorganisasi tersebut tertekan tapi jika keluar bisa terancam mati. Akhirnya kiran merasa tidak mendapat pertolongan dari Tuhan yang menyebabkan kekecewaannya bertambah, dalam keadaan goyah, ia berkenalan dengan dunia narkoba dan free-sex, dan lebih jauh membawanya ke profesi sebagai pelacur. Dari profesinya sebagai pelacur kiran dapat mebuka topeng-topeng kemunafikan para aktivis islam yang selama ini bersikukuh memperjuangkan tegaknya syariat islam. Bahkan tiap kali berhubungan dengan para lelaki munafik itu kiran mengaku tidak merasa bersalah dikarenakan rasa kekecewaannya yang terlalu besar.